Sendiri dalam terjang badai asmara
Menelan seteguk kerinduan pada wangi tubuhnya
Terlelap lagi di hamparan pasir pesisir hijau
Enggan menenggelami lautan yang kejam nan liar
Kadang aku serupa karang
Berdiri hebat menjadi penakluk ombak
Namun seringkali berubah khayalku
Seperti rapuhnya istana pasir saat tercabik hujan
Bukan karena mata tak mampu memandang
Bukan pula langkah tergoyah oleh kecamuk luka
Ini hanya tentang kata yang tak sempat menepi di ujung lidah
Membendung amarah terkoyak sembilu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar